Selasa, 10 Mei 2011

Refleksikan Bagaimana Kita Belajar

Kebanyakan kita jarang menyisihkan waktunya untuk merefleksikan pengalaman kita sendiri dalam cara yang bisa membantu meningktakan diri. Kita membutuhkan apa yang disebut sebagai "kecerdasan reflektif". Jika kita belajar tanpa mempetimbangkan tujuan kita, mungkin kita akan buang-buang waktu, dan jika kita tidak merefleksikannya setelah itu kita hampir pasti memerlukannya.

Merefleksikan bagaimana kita belajar bukanlah kegiatan yang misterius yang hanya bisa dilakukan oleh segelintir orang, semua orang bisa melakukannya. 




Berikut ini beberapa contoh pertanyaan untuk membimbing kita merefleksikan suatu pengalaman belajar:


1. Apa yang dimaksud dengan sukses? jika demikian apa saja faktor-faktor utamanya?


2. Apakah saya mempersiapkan diri untuk sukses?


3. Apakah saya dapat menemukan apa yang saya perlu ketahui? Jika tidak, mengapa?


4. Strategi belajar mana yang berguna bagi saya? dan mana yang tidak?


5. Apakah saya belajar lebih baik dalam suasana tertentu daripada suasana lainnya? hal-hal apa sajakah yang dapat saya pelajari secara lebih baik? pelajaran apa sajakah yang dapat saya pelajari untuk masa depan?


6. Bagaimana saya dapat melakukan lebih baik pada kali lain?


7. Saya mungkin akan menemui kesulitan dalam mengimplementasikan apa yang saya pelajari hari ini?


8. Reward apa yang tepat untuk merayakan suatu kesuksesan?

PENDEKATAN - PENDEKATAN DALAM KONSELING

Filsafat dasar merujuk pada pandangan tentang manusia. Setiap pendekatan memiliki pandangan yang berbeda tentang sifat manusia, pribadi manusia, kondisi manusia dll. Pandangan tentang manusia ini akan melahirkan konsep dan landasan filosofis mengenai bimbingan dan konseling. Berikut pemaparannya.


PENDEKATAN PSIKOANALITIK:
Manusia pada dasarnya ditentukan oleh energi psikis dan pengalaman-pengalaman dini. Motif-motif dan konflik-konflik tak sadar adalah sentral dalam tingkah laku sekarang. Kekuatan-kekuatan irrasional kuat; orang didorong oleh dorongan-dorongan seksual dan agresif. Perkembangan dini penting karena masalah-masalah kepribadian berakar pada konflik-konflik masa kanak-kanak yang direpresi.

PENDEKATAN EKSISTENSIAL-HUMANISTIK
Berfokus pada sifat dari kondisi manusia yang mencakup kesanggupan untuk menyadari diri, bebas untuk menentukkan nasib sendiri, kebebasan dan tanggung jawab, kecemasan sebagai suatu unsur dasar, pencarian makna yang unik di dalam dunia yang tak bermakna, berada sendirian dan berada dalam hubungan dengan orang lain, keterhinggaan dan kematian, dan kecenderungan untuk mengaktualkan diri,

PENDEKATAN CLIENT-CENTERED
Memandang manusia secara positif; manusia memiliki suatu kecenderungan ke arah menjadi berfungsi penuh. Dalam konteks hubungan konseling, konseli mengalami perasaan-perasaan yang sebelumnya diingkari. Konseli mengaktualkan potensi dan bergerak ke arah meningkatkan kesadaran, spontanitas, kepercayaan kepada diri, dan keterarahan dalam.

PENDEKATAN GESTALT
Manusia terdorong ke arah keseluruhan dan intregasi pemikiran perasaan serta tingkah laku. Pandangannya anti deterministik dalam arti individu dipandang memiliki kesanggupan untuk menyadari bagaimana pengaruh masa lampau berkaitan dengan kesulitan-kesulitan sekarang.

PENDEKATAN ANALISIS TRANSAKSIONAL
Manusia dipandang memiliki kemampuan memilih. Apa yang sebelumnya ditetapkan, bisa ditetapkan ulang. Meskipun manusia bisa menjadi korban dari putusan-putusan dini dan skenario kehidupan, aspek-aspek yang mengalihkan diri bisa diubah dengan kesadaran.

PENDEKATAN TINGKAH LAKU
Manusia dibentuk dan dikondisikan oleh pengondisian sosial budaya. Pandangannya deterministik, dalam arti tingkah laku, dipandang sebagai hasil belajar dan pengondisian.

PENDEKATAN RASIONAL EMOTIF
Manusia dilahirkan dengan potensi untuk berpikir rasional, tetapi juga dengan kecenderungan-kecenderungan ke arah berpikir curang. Mereka cenderung untuk menjadi korban dari keyakinan-keyakinan yang irrasional dan untuk mereindoktrinasi dengan keyakian-keyakinan yang irrasional itu. Tetapi berorientasi kognitif-tingkah laku-tindakan, dan menekankan berpikir, menilai, menganalisis, melakukan dan memutuskan ulang. Modelnya adalah didaktif direktif, Terapi dilihat sebagai proses reduksi.

PENDEKATAN REALITAS
Manusia membutuhkan identitas dan mampu mengembangkan "identitas kegagalan". Pendekatan realitas berlandaskan motivasi pertumbuhan dan antideterministik.



Sumber: Gerald Corey .  Teori dan Praktek Konseling dan Psikoterapi. Bandung: PT Refika Aditama.

Fungsi, Prinsip dan Asas Bimbingan dan Konseling

Fungsi Bimbingan dan Konseling adalah :

1.    Fungsi Pemahaman, yaitu fungsi bimbingan dan konseling membantu konseli agar memiliki pemahaman terhadap dirinya (potensinya) dan lingkungannya (pendidikan, pekerjaan, dan norma agama). Berdasarkan pemahaman ini, konseli diharapkan mampu mengembangkan potensi dirinya secara optimal, dan menyesuaikan dirinya dengan lingkungan secara dinamis dan konstruktif.

2.    Fungsi Preventif, yaitu fungsi yang berkaitan dengan upaya konselor untuk senantiasa mengantisipasi berbagai masalah yang mungkin terjadi dan berupaya untuk mencegahnya, supaya tidak dialami oleh konseli. Melalui fungsi ini, konselor memberikan bimbingan kepada konseli tentang cara menghindarkan diri dari perbuatan atau kegiatan yang membahayakan dirinya.

3.    Adapun teknik yang dapat digunakan adalah pelayanan orientasi, informasi, dan bimbingan kelompok. Beberapa masalah yang perlu diinformasikan kepada para konseli dalam rangka mencegah terjadinya tingkah laku yang tidak diharapkan, diantaranya : bahayanya minuman keras, merokok, penyalahgunaan obat-obatan, drop out, dan pergaulan bebas (free sex).

4.    Fungsi Pengembangan, yaitu fungsi bimbingan dan konseling yang sifatnya lebih proaktif dari fungsi-fungsi lainnya. Konselor senantiasa berupaya untuk menciptakan lingkungan belajar yang kondusif, yang memfasilitasi perkembangan konseli. Konselor dan personel Sekolah/Madrasah lainnya secara sinergi sebagai teamwork berkolaborasi atau bekerjasama merencanakan dan melaksanakan program bimbingan secara sistematis dan berkesinambungan dalam upaya membantu konseli mencapai tugas-tugas perkembangannya. Teknik bimbingan yang dapat digunakan disini adalah pelayanan informasi, tutorial, diskusi kelompok atau curah pendapat (brain storming), home room, dan karyawisata.

5.    Fungsi Penyembuhan, yaitu fungsi bimbingan dan konseling yang bersifat kuratif. Fungsi ini berkaitan erat dengan upaya pemberian bantuan kepada konseli yang telah mengalami masalah, baik menyangkut aspek pribadi, sosial, belajar, maupun karir. Teknik yang dapat digunakan adalah konseling, dan remedial teaching.

6.    Fungsi Penyaluran, yaitu fungsi bimbingan dan konseling dalam membantu konseli memilih kegiatan ekstrakurikuler, jurusan atau program studi, dan memantapkan penguasaan karir atau jabatan yang sesuai dengan minat, bakat, keahlian dan ciri-ciri kepribadian lainnya. Dalam melaksanakan fungsi ini, konselor perlu bekerja sama dengan pendidik lainnya di dalam maupun di luar lembaga pendidikan.

7.    Fungsi Adaptasi, yaitu fungsi membantu para pelaksana pendidikan, kepala Sekolah/Madrasah dan staf, konselor, dan guru untuk menyesuaikan program pendidikan terhadap latar belakang pendidikan, minat, kemampuan, dan kebutuhan konseli. Dengan menggunakan informasi yang memadai mengenai konseli, pembimbing/konselor dapat membantu para guru dalam memperlakukan konseli secara tepat, baik dalam memilih dan menyusun materi Sekolah/Madrasah, memilih metode dan proses pembelajaran, maupun menyusun bahan pelajaran sesuai dengan kemampuan dan kecepatan konseli.

8.    Fungsi Penyesuaian, yaitu fungsi bimbingan dan konseling dalam membantu konseli agar dapat menyesuaikan diri dengan diri dan lingkungannya secara dinamis dan konstruktif.

9.    Fungsi Perbaikan, yaitu fungsi bimbingan dan konseling untuk membantu konseli sehingga dapat memperbaiki kekeliruan dalam berfikir, berperasaan dan bertindak (berkehendak). Konselor melakukan intervensi (memberikan perlakuan) terhadap konseli supaya memiliki pola berfikir yang sehat, rasional dan memiliki perasaan yang tepat sehingga dapat mengantarkan mereka kepada tindakan atau kehendak yang produktif dan normatif.

10.    Fungsi Fasilitasi, memberikan kemudahan kepada konseli dalam mencapai pertumbuhan dan perkembangan yang optimal, serasi, selaras dan seimbang seluruh aspek dalam diri konseli.

11.    Fungsi Pemeliharaan, yaitu fungsi bimbingan dan konseling untuk membantu konseli supaya dapat menjaga diri dan mempertahankan situasi kondusif yang telah tercipta dalam dirinya. Fungsi ini memfasilitasi konseli agar terhindar dari kondisi-kondisi yang akan menyebabkan penurunan produktivitas diri. Pelaksanaan fungsi ini diwujudkan melalui program-program yang menarik, rekreatif dan fakultatif (pilihan) sesuai dengan minat konseli.



Terdapat beberapa prinsip dasar yang dipandang sebagai fundasi atau landasan bagi pelayanan bimbingan. Prinsip-prinsip ini berasal dari konsep-konsep filosofis tentang kemanusiaan yang menjadi dasar bagi pemberian pelayanan bantuan atau bimbingan, baik di Sekolah/Madrasah maupun di luar Sekolah/Madrasah. Prinsip-prinsip itu adalah:

1.    Bimbingan dan konseling diperuntukkan bagi semua konseli. Prinsip ini berarti bahwa bimbingan diberikan kepada semua konseli atau konseli, baik yang tidak bermasalah maupun yang bermasalah; baik pria maupun wanita; baik anak-anak, remaja, maupun dewasa. Dalam hal ini pendekatan yang digunakan dalam bimbingan lebih bersifat preventif dan pengembangan dari pada penyembuhan (kuratif); dan lebih diutamakan teknik kelompok dari pada perseorangan (individual).

2.    Bimbingan dan konseling sebagai proses individuasi. Setiap konseli bersifat unik (berbeda satu sama lainnya), dan melalui bimbingan konseli dibantu untuk memaksimalkan perkembangan keunikannya tersebut. Prinsip ini juga berarti bahwa yang menjadi fokus sasaran bantuan adalah konseli, meskipun pelayanan bimbingannya menggunakan teknik kelompok.

3.    Bimbingan menekankan hal yang positif. Dalam kenyataan masih ada konseli yang memiliki persepsi yang negatif terhadap bimbingan, karena bimbingan dipandang sebagai satu cara yang menekan aspirasi. Sangat berbeda dengan pandangan tersebut, bimbingan sebenarnya merupakan proses bantuan yang menekankan kekuatan dan kesuksesan, karena bimbingan merupakan cara untuk membangun pandangan yang positif terhadap diri sendiri, memberikan dorongan, dan peluang untuk berkembang.

4.    Bimbingan dan konseling Merupakan Usaha Bersama. Bimbingan bukan hanya tugas atau tanggung jawab konselor, tetapi juga tugas guru-guru dan kepala Sekolah/Madrasah sesuai dengan tugas dan peran masing-masing. Mereka bekerja sebagai teamwork.

5.    Pengambilan Keputusan Merupakan Hal yang Esensial dalam Bimbingan dan konseling. Bimbingan diarahkan untuk membantu konseli agar dapat melakukan pilihan dan mengambil keputusan. Bimbingan mempunyai peranan untuk memberikan informasi dan nasihat kepada konseli, yang itu semua sangat penting baginya dalam mengambil keputusan. Kehidupan konseli diarahkan oleh tujuannya, dan bimbingan memfasilitasi konseli untuk memper-timbangkan, menyesuaikan diri, dan menyempurnakan tujuan melalui pengambilan keputusan yang tepat. Kemampuan untuk membuat pilihan secara tepat bukan kemampuan bawaan, tetapi kemampuan yang harus dikembangkan. Tujuan utama bimbingan adalah mengembangkan kemampuan konseli untuk memecahkan masalahnya dan mengambil keputusan.

6.    Bimbingan dan konseling Berlangsung dalam Berbagai Setting (Adegan) Kehidupan. Pemberian pelayanan bimbingan tidak hanya berlangsung di Sekolah/Madrasah, tetapi juga di lingkungan keluarga, perusahaan/industri, lembaga-lembaga pemerintah/swasta, dan masyarakat pada umumnya. Bidang pelayanan bimbingan pun bersifat multi aspek, yaitu meliputi aspek pribadi, sosial, pendidikan, dan pekerjaan.






Keterlaksanaan dan keberhasilan pelayanan bimbingan dan konseling sangat ditentukan oleh diwujudkannya asas-asas berikut.

1.    Asas Kerahasiaan, yaitu asas bimbingan dan konseling yang menuntut dirahasiakanya segenap data dan keterangan tentang konseli (konseli) yang menjadi sasaran pelayanan, yaitu data atau keterangan yang tidak boleh dan tidak layak diketahui oleh orang lain. Dalam hal ini guru pembimbing berkewajiban penuh memelihara dan menjaga semua data dan keterangan itu sehingga kerahasiaanya benar-benar terjamin.

2.    Asas kesukarelaan, yaitu asas bimbingan dan konseling yang menghendaki adanya kesukaan dan kerelaan konseli (konseli) mengikuti/menjalani pelayanan/kegiatan yang diperlu-kan baginya. Dalam hal ini guru pembimbing berkewajiban membina dan mengembangkan kesukarelaan tersebut.

3.    Asas keterbukaan, yaitu asas bimbingan dan konseling yang menghendaki agar konseli (konseli) yang menjadi sasaran pelayanan/kegiatan bersifat terbuka dan tidak berpura-pura, baik di dalam memberikan keterangan tentang dirinya sendiri maupun dalam menerima berbagai informasi dan materi dari luar yang berguna bagi pengembangan dirinya. Dalam hal ini guru pembimbing berkewajiban mengembangkan keterbukaan konseli (konseli). Keterbukaan ini amat terkait pada terselenggaranya asas kerahasiaan dan adanya kesukarelaan pada diri konseli yang menjadi sasaran pelayanan/kegiatan. Agar konseli dapat terbuka, guru pembimbing terlebih dahulu harus bersikap terbuka dan tidak berpura-pura.

4.    Asas kegiatan, yaitu asas bimbingan dan konseling yang menghendaki agar konseli (konseli) yang menjadi sasaran pelayanan berpartisipasi secara aktif di dalam penyelenggaraan pelayanan/kegiatan bimbingan. Dalam hal ini guru pembimbing perlu mendorong konseli untuk aktif dalam setiap pelayanan/kegiatan bimbingan dan konseling yang diperuntukan baginya.

5.    Asas kemandirian, yaitu asas bimbingan dan konseling yang menunjuk pada tujuan umum bimbingan dan konseling, yakni: konseli (konseli) sebagai sasaran pelayanan bimbingan dan konseling diharapkan menjadi konseli-konseli yang mandiri dengan ciri-ciri mengenal dan menerima diri sendiri dan lingkungannya, mampu mengambil keputusan, mengarahkan serta mewujudkan diri sendiri. Guru pembimbing hendaknya mampu mengarahkan segenap pelayanan bimbingan dan konseling yang diselenggarakannya bagi berkembangnya kemandirian konseli.

6.    Asas Kekinian, yaitu asas bimbingan dan konseling yang menghendaki agar objek sasaran pelayanan bimbingan dan konseling ialah permasalahan konseli (konseli) dalam kondisinya sekarang. Pelayanan yang berkenaan dengan “masa depan atau kondisi masa lampau pun” dilihat dampak dan/atau kaitannya dengan kondisi yang ada dan apa yang diperbuat sekarang.

7.    Asas Kedinamisan, yaitu asas bimbingan dan konseling yang menghendaki agar isi pelayanan terhadap sasaran pelayanan (konseli) yang sama kehendaknya selalu bergerak maju, tidak monoton, dan terus berkembang serta berkelanjutan sesuai dengan kebutuhan dan tahap perkembangannya dari waktu ke waktu.

8.    Asas Keterpaduan, yaitu asas bimbingan dan konseling yang menghendaki agar berbagai pelayanan dan kegiatan bimbingan dan konseling, baik yang dilakukan oleh guru pembimbing maupun pihak lain, saling menunjang, harmonis, dan terpadu. Untuk ini kerja sama antara guru pembimbing dan pihak-pihak yang berperan dalam penyelenggaraan pelayanan bimbingan dan konseling perlu terus dikembangkan. Koordinasi segenap pelayanan/kegiatan bimbingan dan konseling itu harus dilaksanakan dengan sebaik-baiknya.

9.    Asas Keharmonisan, yaitu asas bimbingan dan konseling yang menghendaki agar segenap pelayanan dan kegiatan bimbingan dan konseling didasarkan pada dan tidak boleh bertentangan dengan nilai dan norma yang ada, yaitu nilai dan norma agama, hukum dan peraturan, adat istiadat, ilmu pengetahuan, dan kebiasaan yang berlaku. Bukanlah pelayanan atau kegiatan bimbingan dan konseling yang dapat dipertanggungjawabkan apabila isi dan pelaksanaannya tidak berdasarkan nilai dan norma yang dimaksudkan itu. Lebih jauh, pelayanan dan kegiatan bimbingan dan konseling justru harus dapat meningkatkan kemampuan konseli (konseli) memahami, menghayati, dan mengamalkan nilai dan norma tersebut.

10.    Asas Keahlian, yaitu asas bimbingan dan konseling yang menghendaki agar pelayanan dan kegiatan bimbingan dan konseling diselenggarakan atas dasar kaidah-kaidah profesional. Dalam hal ini, para pelaksana pelayanan dan kegiatan bimbingan dan konseling hendaklah tenaga yang benar-benar ahli dalam bidang bimbingan dan konseling. Keprofesionalan guru pembimbing harus terwujud baik dalam penyelenggaraan jenis-jenis pelayanan dan kegiatan dan konseling maupun dalam penegakan kode etik bimbingan dan konseling.

11.    Asas Alih Tangan Kasus, yaitu asas bimbingan dan konseling yang menghendaki agar pihak-pihak yang tidak mampu menyelenggarakan pelayanan bimbingan dan konseling secara tepat dan tuntas atas suatu permasalahan konseli (konseli) mengalihtangankan permasalahan itu kepada pihak yang lebih ahli. Guru pembimbing dapat menerima alih tangan kasus dari orang tua, guru-guru lain, atau ahli lain ; dan demikian pula guru pembimbing dapat mengalihtangankan kasus kepada guru mata pelajaran/praktik dan lain-lain.

Senin, 09 Mei 2011

MAU BACA DENGAN EFEKTIF?????....COBA DEH....

Salah satu unsur penting dalam Manajemen Diri adalah membangun kebiasaan untuk
terus menerus belajar atau menjadi manusia pembelajar yang senantiasa haus akan
informasi dan pengetahuan.

Hal ini seperti yang dikatakan oleh Henry Ford, pendiri General Motors yang
mengatakan bahwa "Anyone who stops learning is old, whether at twenty or eighty.
Anyone who keeps learning stays young. The greatest thing in life is to keep
your mind young."

Tidak peduli berapapun usia kita, jika kita berhenti belajar berarti kita sudah
tua, sedangkan jika senantiasa belajar kita akan tetap awet muda. Karena hal
yang terbaik di dunia akan kita peroleh dengan memelihara pikiran kita agar
tetap muda.

Salah satu cara paling efektif untuk belajar adalah dengan membaca. Namun
sayangnya sebagian besar kita tidak pernah punya waktu untuk membaca. Alasan
utama yang sering kita sampaikan adalah kesibukan pekerjaan. Kita terjebak dalam
rutinitas dan tekanan pekerjaan sehingga tidak memiliki kesempatan untuk
mengasah gergaji kita, seperti yang diceritakan oleh Stephen Covey dalam bukunya
"The 7 Habits of Highly Effective People" sebagai berikut:

Andaikan saja anda bertemu seseorang yang sedang terburu-buru menebang sebatang
pohon di hutan.

"Apa yang sedang anda kerjakan? Anda bertanya.

"Tidak dapatkah anda melihat?" demikian jawabnya dengan tidak sabar. "Saya
sedang menggergaji pohon ini."

"Anda kelihatan letih!" anda berseru. "Berapa lama anda sudah mengerjakannya?"

"Lebih dari lima jam," jawabnya, " dan saya sudah lelah! Ini benar-benar kerja
keras."

"Nah, mengapa anda tidak beristirahat saja beberapa menit dan mengasah gergaji
itu?" anda bertanya. "Saya yakin anda akan dapat bekerja jauh lebih cepat."

"Saya tidak punya waktu untuk mengasah gergaji," orang itu berkata dengan tegas.
"Saya terlalu sibuk menggergaji."

Bahkan menurut Covey, kebiasaan mengasah gergaji merupakan kebiasaan yang paling
penting karena melingkupi kebiasaan-kebiasaan lain pada paradigma tujuh
kebiasaan manusia efektif. Kebiasaan ini memelihara dan meningkatkan aset
terbesar yang kita miliki yaitu diri kita. Kebiasaan ini dapat memperbarui
keempat dimensi alamiah kita ⿢ fisik, mental, spiritual, dan sosial/emosional.

Membaca merupakan salah cara kita untuk memperbaiki dan meningkatkan efektifitas
diri kita. Meskipun kita memiliki "keterbatasan waktu", kita tetap perlu
mengasah gergaji kita. Caranya adalah dengan menguasai cara membaca yang efektif
sehingga waktu yang kita gunakan menjadi efisien.

Namun sebelumnya kita perlu mengenali berbagai tipe gaya belajar seseorang,
yaitu:

a. Visual.
Belajar melalui melihat sesuatu. Kita suka melihat gambar atau diagram. Kita
suka pertunjukan, peragaan atau menyaksikan video.

b. Auditori.
Belajar melalui mendengar sesuatu. Kita suka mendengarkan kaset audio, ceramah
kuliah, diskusi, debat dan instruksi verbal.

c. Kinestetik.
Belajar melalui aktivitas fisik dan keterlibatan langsung. Kita suka
"menangani", bergerak, menyentuh dan merasakan/mangalami sendiri.

Semua kita, dalam beberapa hal, memanfaatkan ketiga gaya tersebut. Tetapi
kebanyakan orang menunjukkan kelebihsukaan dan kecenderungan pada satu gaya
belajar tertentu dibandingkan dua gaya lainnya. Pada anak-anak kecenderungannya
adalah pada kinestetik dan auditori, namun pada saat mereka dewasa,
kelebihsukaan pada gaya belajar visual ternyata lebih mendominasi.

Memahami gaya belajar pribadi anda akan dapat meningkatkan kinerja dan prestasi
anda. Anda akan mampu menyerap informasi lebih cepat dan mudah. Anda dapat
mengidentifikasi dan mengapresiasi cara yang paling anda sukai untuk menerima
informasi. Anda akan bisa berkomunikasi jauh lebih efektif dengan orang lain dan
memperkuat pergaulan anda dengan mereka.


Tiga Faktor Penting Meningkatkan Kemampuan Belajar

Ada tiga faktor penting dalam penguasaan ketrampilan untuk belajar:

pertama adalah pola pikir dan sikap (mindset and attitude) kita terhadap
belajar.

Kita harus memiliki hasrat (desire) dan kecintaan (passion) yang dalam terhadap
nilai-nilai untuk terus belajar dan mengembangkan diri. Belajar tidak hanya
sekedar melalui pendidikan formal semata, tetapi dalam setiap aspek kehidupan
kita harus senantiasa mengembangkan sikap belajar. Sikap mau membaca, mendengar,
mau mengerti dan mau belajar dari orang lain merupakan sikap yang perlu
senantiasa dikembangkan jika kita ingin memperbaiki diri ataupun gagasan kita.


Faktor kedua dalam meningkatkan ketrampilan untuk belajar adalah kemampuan kita
untuk mendayagunakan kekuatan pikiran kita (terutama pikiran bawah sadar ⿢
subconscious mind) untuk mempercepat proses belajar (accelerated learning).
Pikiran bawah sadar merupakan kekuatan yang luar biasa jika kita dapat
mengoptimalkan potensinya. Seringkali kita melupakan bahwa anugerah yang
terindah dan terbesar yang diberikan Tuhan kepada kita adalah kemampuan pikiran
kita. Hal inilah yang membedakan kita dengan ciptaanNya yang lain.

Hal yang paling mudah kita lakukan untuk mengembangkan ketrampilan untuk belajar
adalah dengan banyak membaca. Meluangkan waktu sedikitnya satu jam sehari untuk
membaca buku merupakan kebiasaan yang baik bagi kita untuk mulai mengembangkan
diri kita.


Banyak sekali metoda untuk meningkatkan kecepatan membaca (speed reading) maupun
pemahaman (comprehension) terhadap isi dari suatu buku. Ketrampilan inilah yang
amat kita perlukan untuk meningkatkan daya serap dan kecepatan kita dalam
membaca sebuah buku. Selain membaca, meningkatkan kemampuan dapat diperoleh
melalui seminar, pelatihan maupun mendengarkan kaset-kaset motivasi.



Faktor ketiga dalam meningkatkan kemampuan belajar kita adalah disiplin diri dan
kegigihan (self discipline and persistence).
Tanpa kedua hal ini maka belajar hanyalah kegiatan yang sifatnya tergantung
suasana hati (mood) dan kita tidak dapat mencapai keunggulan (excelence) hanya
dengan belajar setengah hati. Sudah saatnya kita mengubah kebiasaan-kebiasaan
kita.
Ada pepatah yang mengatakan "Your Habits will Determine Your Future. Miliki
kebiasaan belajar, dan mulai langkah pertama anda. Proses mengubah kebiasaan
sangat ditentukan oleh kedisiplinan diri dan kegigihan kita, sehingga setelah
melakukannya dalam periode waktu tertentu, hal tersebut tidak lagi menjadi beban
tetapi telah menjadi kebutuhan. Jika pada awalnya sulit melakukan tetapi setelah
itu anda jadi terbiasa.

Ketrampilan Dasar untuk Membaca yang Efektif.

Sebelum kita mengembangkan kemampuan membaca dengan efektif, kita perlu
menguasai terlebih dulu beberapa ketrampilan dasar, yaitu:

1. Konsentrasi
Kebanyakan kita menganggap bahwa konsentrasi adalah pekerjaan berat dan sangat
sulit dilakukan. Kita memiliki suatu keyakinan bahwa hal tersebut susah untuk
dilakukan. Padahal kalau kita menyenangi sesuatu, katakanlah menonton konser
musik band favorit kita atau film di bioskop, maka kita akan dapat
berkonsentrasi menikmati pertunjukan yang berlangsung lebih dari dua jam. Kita
ternyata dapat berkonsentrasi cukup lama jika kita melakukan sesuatu yang kita
senangi. Inilah pola pikir pertama yang harus kita kembangkan untuk belajar
berkonsentrasi.

Hal yang kedua adalah bahwa mengembangkan daya konsentrasi sama halnya dengan
mengembangkan dan menguatkan otot-otot tubuh kita. Kita perlu latihan yang
teratur dan terus menerus. Salah satu teknik untuk mengembangkan daya
konsentrasi adalah teknik kontemplasi. Kontemplasi adalah suatu teknik
menggunakan pikiran kita seperti sebuah lampu senter (searchlight) untuk mencari
dan menemukan informasi baru. Untuk melatihnya, anda perlu lakukan setiap hari
(sedikitnya 5 menit sampai maksimum 10 menit per latihan). Caranya dimulai
dengan fokus terhadap apa yang ingin kita ketahui. Misal, kita ingin mengetahui
cara meningkatkan kecerdasan finansial (membaca buku Robert Kiyosaki misalnya),
kemudian pikirkan gagasan tersebut secara mendalam dan tanyakan pada diri anda
pertanyaan-pertanyaan seperti, "Apa artinya kecerdasan finansial? Apa
implikasinya pada hidup saya? Apakah hal tersebut bisa saya lakukan? Dan
seterusnya lakukan sampai sekitar 5-10 menit.

Jika anda sudah bisa bertahan konsentrasi 10 menit, tingkatkan kemampuan anda
dengan berlatih langsung membaca sebuah buku 10-20 menit. Lakukan setiap hari
sampai daya tahan konsentrasi anda meningkat sedikit demi sedikit.

2. Membuat Peta Pikiran (Mind Mapping)
Teknik ini merupakan cara untuk meringkas suatu tema atau pokok pikiran yang ada
dalam buku.
Pertama, kita awali dengan menuliskan tema pokok di tengah-tengah halaman kertas
kosong.
Kemudian seperti pohon dengan cabang dan ranting kita kembangkan tema pokok
menjadi sub tema di sekelilingnya dengan dihubungkan memakai garis seperti
jari-jari roda.
Berikut adalah langkah atau prinsip dalam membuat peta pikiran dalam buku
Accelerated Learning for the 21st Century karangan Colin Rose dan Malcolm J.
Nicholl:

a. Mulai dengan topik di tengah-tengah halaman.
b. Gunakan kata-kata kunci.
c. Buatlah cabang-cabangnya
d. Gunakan simbol, warna, kata, gambar dan citra (images) lainnya.
e. Gunakan seperti poster dengan dasar putih bersih.
f. Buat tulisan atau gambarnya warna warni
g. Gunakan alat tulis berwarna terang

Membuat peta pikiran adalah latihan yang perlu dilakukan terus menerus. Sama
halnya seperti teknik kontemplasi, kita perlu berlatih mengunakan peta pikiran
untuk mengetahui informasi atau menganalisa masalah.
[Bisa juga melihat di Gua Kalong, bagian Peta Konsep dan Otak]

3. Relaksasi
Cara ini dikembangkan oleh Sandy MacGregor dalam bukunya Piece of Mind. Pada
prinsipnya dikatakan bahwa otak atau pikiran kita lebih mudah menyerap dan
mengingat informasi pada saat kondisi pikiran kita relaks yang ditunjukkan
dengan frekuensi gelombang otak yang rendah. Mengenai teknik relaksasi pernah
dibahas dalam edisi Mandiri sebelumnya. Bagi anda yang berminat mempelajari
dapat membaca buku Sandy MacGregor tersebut atau buku SELF MANAGEMENT: 12
Langkah Manajemen Diri karangan Aribowo Prijosaksono dan Marlan Mardianto.


Teknik Membaca Cepat
Kita hidup dalam zaman di mana kita setiap hari dibanjiri buku baru tentang
topik yang kita sukai atau yang berkaitan dengan bidang pekerjaan kita. Pembaca
biasa takkan bisa membaca semua buku yang telah diterbitkan tentang topik yang
berkaitan dengan bidang bisnis atau profesionalnya.

Sedangkan membaca itu sendiri bisa menjadi pengalaman yang menyenangkan
sekaligus menjengkelkan. Padahal kita semua tahu bahwa membaca sama halnya
dengan kita menikmati pertunjukan konser atau film yang bagus. Membaca
melibatkan partisipasi aktif kita. Seluruh emosi, hasrat dan minat kita juga
harus terlibat dalam proses membaca, sehingga membaca menjadi pengalaman yang
menyenangkan.

Dengan keterbatasan waktu yang kita miliki, bagaimana kita dapat mengembangkan
kemampuan membaca secara efektif sehingga dengan tenggang waktu yang sama, kita
bisa mengambil inti dari lebih banyak buku. Kecuali untuk buku fiksi atau sastra
yang memang ingin kita nikmati jalinan cerita, emosi, dan rangkaian
kata-katanya, membaca buku nonfiksi (textbook) adalah seperti membaca surat
kabar. Yang kita perlukan adalah informasi dan gagasan pokok pengarang.

Hanya sedikit orang yang membaca koran dengan cara per bagian, halaman per
halaman. Kita biasanya membaca beberapa halaman pertama dengan mendetail, lalu
hanya sekilas membaca yang lain, mencari topik yang menarik. Sekarang kita akan
belajar melakukan hal yang serupa dengan buku yang akan kita baca.

Sebelum mulai membaca ada sejumlah alat bantu yang dapat membantu kita untuk
dapat memahami keseluruhan isi sebuah buku:

Sampul buku:
Biasanya pokok pikiran terpenting dari sebuah buku tercetak di sampulnya.
Informasi ini membantu penjualan buku dan memberikan perspektif penerbit tentang
isi buku. Sampul buku memberikan gambaran kepada kita tentang apa yang akan kita
dapatkan di bagian dalam.

Biografi penulis:
Informasi ini akan memberi tahu kita tentang latar belakang pendidikan,
pengalaman dan kegiatan penulis saat ini yang membuat ia bisa menulis buku
tersebut. Dengan memahami informasi tentang penulis akan membantu kita untuk
lebih mudah mengikuti alur pemikirannya dalam buku tersebut.

Bagian awal:
Bagian ini terdiri atas kata pengantar, prakata, atau bab pendahuluan (prolog).
Biasanya justru bagian-bagian ini yang perlu secara mendalam kita pelajari,
karena intisari seluruh gagasan penulis tentang tema buku tersebut terangkum
dalam bagian awal buku. Yang jelas bagian ini memaparkan tujuan penulisan ⿢
pernyataan misinya. Pada titik ini kita bisa memutuskan untuk membaca lebih
lanjut atau kita hanya akan menggunakannya untuk referensi.

Daftar Isi:
Sebenarnya bagian ini adalah kerangka buku. Penulis menggunakan masing-masing
topik bab sebagai gantungan untuk menjelaskan keseluruhan pemikirannya tentang
topik tertentu. Ada berapa bagian? Berapa bab? Bacalah Daftar Isi dengan teliti
untuk melihat apakah topik-topiknya sesuai dengan apa yang kita cari.

Indeks:
Teliti indeks di bagian belakang buku. Lihat apakah ada kata-kata kunci yang
menarik bagi anda.

Kita harus memeriksa semua hal tersebut sebelum membaca bukunya. Inilah yang
disebut dengan proses scanning, yaitu kita melihat secara selintas keseluruhan
isi dari buku yang akan kita baca. Begitu mulai membaca, kita bisa bebas
melompati materi yang sudah kita ketahui atau materi yang tidak kita minati.

Pada bagian tertentu kita bisa mendalami karena ada topik atau informasi yang
harus kita cermati dan kita cerna lebih dalam. Proses ini disebut dengan proses
skimming.


Berikut adalah hal-hal yang perlu untuk membaca dengan efektif:

1. Setelah melakukan proses scanning, kita dapat membuat peta pikiran (mind
charting) buku tersebut.
Tidak usah terlalu detil, tetapi cukup informatif untuk menjelaskan isi buku
dalam satu halaman kertas. Kalau perlu kita lakukan rekonstruksi terhadap daftar
isi digabung dengan informasi lain dari biografi, kata pengantar, pendahuluan
dan sinopsis di sampul buku tersebut.

2. Siapkan stabilo atau alat tulis untuk menandai informasi atau apa saja yang
ingin kita ingat.

3. Pahami jalan pikiran penulis.
Semakin cepat kita mengetahui topik, tujuan, pokok masalah materi yang kita
baca, semakin baik pemahaman dan ingatan kita akan hal itu.

4. Hindari baca kata per kata dan kalimat per kalimat.
Coba tangkap sekelompok kata dengan mata anda setiap kali
menggerakkannya.Apalagi untuk buku berbahasa asing, kita tidak perlu
menterjemahkannnya kata demi kata, karena akan menghambat proses penyerapan
informasi dalam otak anda.
Bandingkan anda membaca dengan bersuara dan membaca dalam hati. Kecepatannya
akan berbeda jauh.
Biasanya saya berkonsentrasi pada kalimat pertama dan kalimat terakhir dari
sebuah paragraf, atau mata saya melihat seluruh badan paragraf dan menangkap
pesan intinya.

5. Buatlah ringkasan sambil membaca.
Jika tak ada ringkasan bab, buatlah sendiri setiap selesai membaca satu bab.

6. Bandingkan dengan tulisan lain bertopik sama yang pernah anda baca.
Ingat teknik kontemplasi. Cobalah mengembangkan pertanyaan-pertanyaan dan kaitan
satu sama lain seperti anda mencari sesuatu dengan senter.

7. Untuk mempermudah kita menggunakan buku tersebut sebagai referensi, kita bisa
mencatat isi buku tersebut dalam sebuah buku catatan atau kertas khsusu yang
dapat kita simpan dan kita lihat kembali setiap saat.

Demikianlah prinsip-prinsip dan langkah-langkah yang perlu kita ketahui untuk
meningkatkan efisiensi membaca. Namun sekali lagi, sama seperti ketrampilan yang
lain, membaca memerlukan jam terbang. Kita perlu berlatih, berlatih dan berlatih
sehingga kecepatan dan efisiensi membaca kita meningkat dari waktu ke waktu.

Selamat membaca dan meningkatkan aset pribadi anda yang paling penting, diri
anda sendiri.

SENAM OTAK... bikin otak kita segaaaarrr

Otak kita terdiri dari dua belahan, kiri dan kanan. Anehnya, 85 persen orang di dunia ini ternyata hidup dengan mengandalkan otak kiri saja. Sebagian dari sisanya menggunakan kombinasi keduanya, dan sebagian lagi memakai otak kanan. Itulah kesimpulan beberapa penelitian tentang otak.
Dari segi fungsi, otak yang terdiri dari dua belahan kiri dan kanan itu seolah memiliki tiga dimensi yang saling berhubungan. Dengan mengoptimalkan penggunaan seluruh bagian ini, fungsi otak dapat dioptimalkan. Sayang, tak semua orang mampu melakukannya. Salah satu cara mengoptimalkan penggunaan semua dimensi otak adalah senam otak.

Tak Perlu Waktu Khusus

Senam otak atau brain gym adalah serangkaian latihan berbasis gerakan tubuh sederhana. Gerakan itu dibuat untuk merangsang otak kiri dan kanan (dimensi lateralitas); meringankan atau merelaksasi belakang otak dan bagian depan otak (dimensi pemfokusan); merangsang sistem yang terkait dengan perasaan/emosional, yakni otak tengah (limbis) serta otak besar (dimensi pemusatan).
Sebagai pemula, Anda bisa melakukannya lewat gerakan sederhana sambil melakukan kegiatan sehari-hari. “Senam ini bisa dilakukan tanpa waktu khusus. Sambil nonton televisi juga bisa,” ujar Dra. Hj. Kartika Sapardjiman, pempimpin Kelas Brain Gym di Rumah Sakit Kartika, Pulo Mas, Jakarta Timur. Tapi, imbuh Kartika yang saat ini membimbin tujuh peserta, termasuk seorang ibu hamil, sebelum mempraktikkan sendiri Anda perlu bimbingan instruktur khusus.

Populer di Amerika dan Eropa

Menurut Paul E. Denisson Ph.D., ahli senam otak dari lembaga Educational Kinesiology, Amerika Serikat, meski sederhana, brain gym mampu memudahkan kegiatan belajar dan melakukan penyesuaian terhadap ketegangan, tantangan, dan tuntutan hidup sehari-hari. Pakar penelitian otak inilah yang pertama kali memperkenalkan metode terapi ini di Amerika, 19 tahun silam.
Awalnya senam otak dimanfaatkan untuk anak yang mengalami gangguan hiperaktif, kerusakan otak, sulit konsentrasi dan depresi. Namun dalam perkembangannya setiap orang bisa memanfaatkannya untuk beragam kegunaan.
Saat ini, di Amerika dan Eropa brain gym sedang digemari. Banyak orang yang merasa terbantu melepaskan stres, menjernihkan pikiran, meningkatkan daya ingat, dsb. Berminat? Selamat mencoba! PG

Macam Gerakan Brain Games

·  Gerakan Sakelar Otak:
Sakelar otak (jaringan lunak di bawah tulang selangka di kiri dan kanan tulang dada) dipijat selama 20-30 detik dengan satu tangan, sementara tangan lainnya memegang atau memijat sebelah kanan dan kiri pusar.
Mengoptimalkan pengiriman pesan dari otak kiri ke kanan atau sebaliknya, meningkatkan penerimaan oksigen, dan menstimulasi aliran darah agar lebih lancar mengalir ke otak.
Guna: mengoptimalkan keterampilan motorik halus, memperbaiki sikap tubuh, meningkatkan energi, mengurangi stres visual dan relaksasi tengkuk serta bahu.
·  Gerakan Silang
Gerakan ini mengaktifkan hubungan kedua sisi otak dan merupakan gerakan pemanasan untuk semua keterampilan yang memerlukan penyeberangan garis tengah bagian lateral tubuh.
* Mengaktifkan gerakan mata dari kiri ke kanan, meningkatkan harmonisasi penglihatan (binokular)
* Guna: mengoptimalkan pekerjaan menulis, mendengar, membaca dan memahami, meningkatkan stamina, memperbaiki pernapasan, pendengaran dan penglihatan.
·  Tombol Bumi
Ujung salah satu tangan menyentuh bawah bibir, ujung jari lainnya di pinggir atas tulang kemaluan (15 cm di bawah pusar). Di sentuh selama 30 detik atau 4-6 kali tarikan napas penuh.
* Meningkatkan koordinasi dan konsentrasi (melihat secara vertikal dan horizontal sekaligus tanpa keliru, seperti saat membaca kolom dalam tabel).
* Guna: mengurangi kelelahan mental (stres), mengoptimalkan jenis pekerjaan seperti organisasi, perancangan seni, pembukuan.
·  Tombol Imbang
Gerakan ini akan mengembalikan tiga dimensi keseimbangan tubuh (kiri-kanan, atas-bawah, depan-belakang). Tekan ’tombol imbang’ -— 4-5 cm ke kiri dan ke kanan dari garis tengah/lekukan di batas rambut antara tengkorak dan tengkung di atas tulang belakang -— sementara tangan satunya menyentuh pusar, selama 30 detik.
* Meningkatkan konsentrasi, pengambilan keputusan, pemikiran asosiatif, kepekaan indrawi untuk keseimbangan, menjernihkan pikiran dan menjaga badan tetap relaks
* Guna: mengerti konsep yang tersirat (saat membaca), mengkritisi, mengurangi mabuk perjalanan dan tekanan di kuping karena perubahan ketingian, mengoptimalkan pekerjaan menulis laporan, memakai telepon atau komputer.
·  Kait Relaks
Tumpangkan kaki kiri di atas kaki kanan, dan tangan kiri di atas tangan kanan dengan posisi jempol ke bawah. Jemari kedua tangan saling menggenggam, kemudian tarik tangan ke arah pusar dan terus ke depan dada. Pejamkan mata dan saat menarik napas, lidah ditempelkan ke langit-langit mulut dan lepaskan saat mengembuskan napas. Berikutnya, buka silangan kaki, dan ujung-ujung jari tangan saling bersentuhan secara halus di dada atau di pangkuan, sambil mengambil napas dalam 1 menit lagi
* Meningkatkan koordinasi motorik halus dan pemikiran logis, dan pemusatan emosional.
* Guna: mendengar aktif, berbicara lugas, menghadapi tes dan bekerja dengan papan ketik, pengendalian diri dan keseimbangan.

Catatan: Untuk mencegah ketegangan otot, sebelum memulai latihan Anda sebaiknya minum beberapa gelas air putih. Jumlah air yang harus dikonsumsi sekitar sepertiga kali berat tubuh.



artikel diambil dari: www.parentsguide.co.id

Mengenal Cara Belajar Individu




 
Setiap individu adalah unik. Artinya setiap individu memiliki perbedaan antara yang satu dengan yang lain. Perbedaan tersebut bermacam-macam, mulai dari perbedaan fisik, pola berpikir dan cara-cara merespon atau mempelajari hal-hal baru. Dalam hal belajar, masing-masing individu memiliki kelebihan dan kekurangan dalam menyerap pelajaran yang diberikan. Oleh karena itu dalam dunia pendidikan dikenal berbagai metode untuk dapat memenuhi tuntutan perbedaan individu tersebut. Di negara-negara maju sistem pendidikan bahkan dibuat sedemikian rupa sehingga individu dapat dengan bebas memilih pola pendidikan yang sesuai dengan karakteristik dirinya.   

Di Indonesia seringkali kita mendengar keluhan dari orangtua yang merasa sudah melakukan berbagai cara untuk membuat anaknya menjadi "pintar". Orangtua berlomba-lomba menyekolahkan anak-anaknya ke sekolah-sekolah terbaik. Selain itu anak diikutkan dalam berbagai kursus maupun les privat yang terkadang menyita habis waktu yang seharusnya bisa dipergunakan anak atau remaja untuk bermain atau bersosialisasi dengan teman-teman sebayanya. Namun demikian usaha-usaha tersebut seringkali tidak membuahkan hasil seperti yang diharapkan, bahkan ada yang justru menimbulkan masalah bagi anak dan remaja.   

Apa sebenarnya yang terjadi? Mengapa anak-anak tersebut tidak kunjung-kunjung pintar? Salah satu faktor yang dapat menjadi penyebabnya adalah ketidaksesuaian cara belajar yang dimiliki oleh sang anak dengan metode belajar yang diterapkan dalam pendidikan yang dijalaninya termasuk kursus atau les privat. Cara belajar yang dimaksudkan disini adalah kombinasi dari bagaimana individu menyerap, lalu mengatur dan mengelola informasi. 

Otak Sebagai Pusat Belajar

Otak manusia adalah kumpulan massa protoplasma yang paling kompleks yang ada di alam semesta. Satu-satunya organ yang dapat mempelajari dirinya sendiri dan jika dirawat dengan baik dalam lingkungan yang menimbulkan rangsangan yang memadai, otak dapat berfungsi secara aktif dan reaktif selama lebih dari seratus tahun. Otak inilah yang menjadi pusat belajar sehingga harus dijaga dengan baik sampai seumur hidup agar terhindar dari kerusakan.
Menurut MacLean, otak manusia memiliki tiga bagian dasar yang seluruhnya dikenal sebagai triune brain/three in one brain (dalam DePorter & Hernacki, 2001). Bagian pertama adalah batang otak, bagian kedua sistem limbik  dan yang ketiga adalah neokorteks.
Batang otak memiliki kesamaan struktur dengan otak reptil, bagian otak ini bertanggungjawab atas fungsi-fungsi motorik-sensorik-pengetahuan fisik yang berasal dari panca indra. Perilaku yang dikembangkan bagian ini adalah perilaku untuk mempertahankan hidup, dorongan untuk mempertahankan spesies.
Disekeliling batang otak terdapat sistem limbik yang sangat kompleks dan luas. Sistem ini berada di bagian tengah otak manusia. Fungsinya bersifat emosional dan kognitif yaitu menyimpan perasaan, pengalaman yang menyenangkan, memori dan kemampuan belajar. Selain itu sistem ini mengatur bioritme tubuh seperti pola tidur, lapar, haus, tekanan darah, jantung, gairah seksual, temperatur, kimia tubuh, metabolisme dan sistem kekebalan. Sistem limbik adalah panel kontrol dalam penggunaan informasi dari indra penglihatan, pendengaran, sensasi tubuh, perabaan, penciuman sebagai input yang kemudian informasi ini disampaikan ke pemikir dalam otak yaitu neokorteks.
Neokorteks terbungkus di sekitar sisi sistem limbik, yang merupkan 80% dari seluruh materi otak. Bagian ini merupakan tempat bersemayamnya pusat kecerdasan manusia. Bagian inilah yang mengatur pesan-pesan yang diterima melalui penglihatan, pendengaran dan sensasi tubuh manusia. Proses yang berasal dari pengaturan ini adalah penalaran, berpikir intelektual, pembuatan keputusan, perilaku normal, bahasa, kendali motorik sadar, dan gagasan non verbal. Dalam neokorteks ini pula kecerdasan yang lebih tinggi berada, diantaranya adalah : kecerdasan linguistik, matematika, spasial/visual, kinestetik/perasa, musikal, interpersonal, intrapersonal dan intuisi.

Karakteristik Cara Belajar

Berdasarkan kemampuan yang dimiliki otak dalam menyerap, mengelola dan menyampaikan informasi, maka cara belajar individu dapat dibagi dalam 3 (tiga) kategori. Ketiga kategori tersebut adalah cara belajar visual, auditorial dan kinestetik yang ditandai dengan ciri-ciri perilaku tertentu. Pengkategorian ini tidak berarti bahwa individu hanya yang memiliki salah satu karakteristik cara belajar tertentu sehingga tidak memiliki karakteristik cara belajar  yang lain. Pengkategorian ini hanya merupakan pedoman bahwa individu memiliki salah satu karakteristik yang paling menonjol sehingga jika ia mendapatkan rangsangan yang sesuai dalam belajar maka akan memudahkannya untuk menyerap pelajaran. Dengan kata lain jika sang individu menemukan metode belajar yang sesuai dengan karakteristik cara belajar dirinya maka akan cepat ia menjadi "pintar" sehingga kursus-kursus atau pun les private secara intensif mungkin tidak diperlukan lagi.
Adapun ciri-ciri perilaku individu dengan karakteristik cara belajar seperti disebutkan diatas, menurut DePorter & Hernacki (2001), adalah sebagai berikut: 
1.
Karakteristik Perilaku Individu dengan Cara Belajar Visual 
 
Individu yang memiliki kemampuan belajar visual yang baik ditandai dengan ciri-ciri perilaku sebagai berikut:
 
  • rapi dan teratur
  • berbicara dengan cepat
  • mampu membuat rencana jangka pendek dengan baik
  • teliti dan rinci 
  • mementingkan penampilan
  • lebih mudah mengingat apa yang dilihat daripada apa yang didengar 
  • mengingat sesuatu berdasarkan asosiasi visual
  • memiliki kemampuan mengeja huruf dengan sangat baik
  • biasanya tidak mudah terganggu oleh keributan atau suara berisik ketika sedang belajar
  • sulit menerima instruksi verbal (oleh karena itu seringkali ia minta instruksi secara tertulis)
  • merupakan pembaca yang cepat dan tekun
  • lebih suka membaca daripada dibacakan
  • dalam memberikan respon terhadap segala sesuatu, ia selalu bersikap  waspada, membutuhkan penjelasan menyeluruh tentang tujuan dan berbagai hal lain yang berkaitan.
  • jika sedang berbicara di telpon ia suka membuat coretan-coretan tanpa arti selama berbicara
  • lupa menyampaikan pesan verbal kepada orang lain
  • sering menjawab pertanyaan dengan jawaban singkat "ya" atau "tidak'
  • lebih suka mendemonstrasikan sesuatu daripada berpidato/berceramah
  • lebih tertarik pada bidang seni (lukis, pahat, gambar) daripada musik
  • seringkali tahu apa yang harus dikatakan, tetapi tidak pandai menuliskan dalam kata-kata
2.
Karakteristik Perilaku Individu dengan Cara Belajar Auditorial 
 
Individu yang memiliki kemampuan belajar auditorial yang baik ditandai dengan ciri-ciri perilaku sebagai berikut:
 
  • sering berbicara sendiri ketika sedang bekerja
  • mudah terganggu oleh keributan atau suara berisik
  • lebih senang mendengarkan (dibacakan) daripada membaca
  • jika membaca maka lebih senang membaca dengan suara keras
  • dapat mengulangi atau menirukan nada, irama dan warna suara
  • mengalami kesulitan untuk menuliskan sesuatu, tetapi sangat pandai dalam bercerita
  • berbicara dalam irama yang terpola dengan baik
  • berbicara dengan sangat fasih
  • lebih menyukai seni musik dibandingkan seni yang lainnya
  • belajar dengan mendengarkan dan mengingat apa yang didiskusikan daripada apa yang dilihat
  • senang berbicara, berdiskusi dan menjelaskan sesuatu secara panjang lebar
  • mengalami kesulitan jika harus dihadapkan pada tugas-tugas yang berhubungan dengan visualisasi
  • lebih pandai mengeja atau mengucapkan kata-kata dengan keras daripada menuliskannya
  • lebih suka humor atau gurauan lisan daripada membaca buku humor/komik 
3.
Karakteristik Perilaku Individu dengan Cara Belajar Kinestetik 
 
Individu yang memiliki kemampuan belajar kinestetik yang baik ditandai dengan ciri-ciri perilaku sebagai berikut:
 
  • berbicara dengan perlahan
  • menanggapi perhatian fisik
  • menyentuh orang lain untuk mendapatkan perhatian mereka
  • berdiri dekat ketika sedang berbicara dengan orang lain 
  • banyak gerak fisik
  • memiliki perkembangan otot yang baik
  • belajar melalui praktek langsung atau manipulasi
  • menghafalkan sesuatu dengan cara berjalan atau melihat langsung
  • menggunakan jari untuk menunjuk kata yang dibaca ketika sedang membaca
  • banyak menggunakan bahasa tubuh (non verbal)
  • tidak dapat duduk diam di suatu tempat untuk waktu yang lama
  • sulit membaca peta kecuali ia memang pernah ke tempat tersebut
  • menggunakan kata-kata yang mengandung aksi
  • pada umumnya tulisannya jelek
  • menyukai kegiatan atau permainan yang menyibukkan (secara fisik)
  • ingin melakukan segala sesuatu
 
Dengan mempertimbangkan dan melihat cara belajar apa yang paling menonjol dari diri seseorang maka orangtua atau individu yang bersangkutan (yang sudah memiliki pemahaman yang cukup tentang karakter cara belajar dirinya) diharapkan dapat bertindak secara arif dan bijaksana dalam memilih metode belajar yang sesuai. Bagi para remaja yang mengalami kesulitan belajar, cobalah untuk mulai merenungkan dan mengingat-ingat kembali apa karakteristik belajar anda yang paling efektif. Setelah itu cobalah untuk membuat rencana atau persiapan yang merupakan kiat belajar anda sehingga dapat mendukung agar kemampuan tersebut dapat terus dikembangkan. Salah satu cara yang bisa digunakan adalah dengan memanfaat berbagai media pendidikan seperti tape recorder, video, gambar, dll. Selamat mencoba.  Semoga bermanfaat.



sumber  :  http://winithepooh.multiply.com

MATERI BIMBINGAN KONSELING

Pengertian Bimbingan Konseling
Pelayanan Bantuan untuk peserta didik baik individu / kelompok agar mandiri dan berkembang secara optimal dalam hubungan pribadi sosial belajar, karier melalui berbagai jenis layanan dan kegiatan pendukung atas dasar norma-norma yang berlaku.
Tujuan Bimbingan dan Konseling
Membantu Memandirikan peserta didik dan mengembangkan potensi-potensi mereka secara optimal.
Paradigma Bimbingan & Konseling
BK merupakan pelayanan psikopaedagogis dalam bingkai budaya Indonesia dan religius.
Arah Bimbingan Konseling mengembangkan kompetensi siswa untuk mampu memenuhi tugas-tugas perkembangannya secara optimal.
Membantu siswa agar mampu mengatasi berbagai permasalahan yang mengganggu dan menghambat perkembangannya.
Visi Bimbingan dan Konseling
Terwujudnya perkembangan diri dan kemandirian secara optimal dengan hakekat kemanusiaannya sebagai hamba Allah SWT, sebagai makhluk individu, makhluk sosial dalam hubungannya dengan manusia dan alam semesta.
Misi Bimbingan dan Konseling
Menunjang perkembangan diri dan kemandirian siswa agar dapat menjalani kehidupan sehari-hari sebagai siswa secara efektif, kreatif dan dinamis serta memiliki kecakapan hidup untuk masa depan karir dalam :
Beriman dan bertaqwa terhadap Tuhan YME.
Pemahaman perkembangan diri dan lingkungan.
Pengarahan diri ke arah dimensi spiritual.
Pengambilan keputusan berdasarkan IQ, SQ dan EQ.
Pengaktualisasian diri secara optimal.
Fungsi Bimbingan Konseling
Fungsi Pemahaman
Fungsi Pencegahan
Fungsi Pengentasan
Fungsi Pemeliharaan dan Pengembangan
Fungsi Advokasi
Prinsip-Prinsip Bimbingan Konseling
Prinsip berkenaan dengan sasaran layanan.
Prinsip berkenaan dengan permasalahan individu.
Prinsip berkenaan dengan program layanan.
Prinsip berkenaan dengan tujuan dan pelaksanaan pelayanan.
Bimbingan dan Konseling
Asas Kerahasiaan
Asas Kesukarelaan
Asas Keterbukaan
Asas Kegiatan
Asas Kekinian
Asas Kedinamisan
Asas Keterpaduan
Asas Kenormatifan
Asas Keahlian
Asas Kemandirian
Asas Alih Tangan Kasus
Asas Tut Wuri Handayani
Tugas Perkembangan
Kompetensi
Materi Bimbingan dan Konseling
Kegiatan Bimbingan dan Konseling
Layanan Pendukung Penilaian
Kegiatan Layanan
Bimbingan dan Konseling




Penempatan dan Penyaluran
Pengenalan Diri dan lingkungan
Serta Pengembangan Diri dan Karir

Siswa mengenal dan memahami siapa dirinya.
Siswa mengenal dan memahami lingkungan budaya dan masyarakat. Lingkungannya meliputi lingkungan keluarga, tetangga, sekolah, sosial dan masyarakat budaya,
Pengenalan dan pemahaman terhadap diri sendiri dan lingkungan itu dikerahkan untuk pengembangan diri siswa dalam segenap aspek pribadinya, termasuk pengembangan ke arah karir yg hendak diraihnya di masa yang akan datang
Kegiatan Pendukung
Bimbingan dan Konseling

Aplikasi Instrumentasi (BK)
Himpunan Data
(Pribadi, Siswa, Presentasi, Observasi, Kasus).
Konferensi Kasus
Alih Tangan
Alih tangan kasus
Kunjungan Rumah


Layanan
Informasi/ Orientasi/ Pembelajaran
          Penilaian Layanan BK
Kompetensi
LAYANAN PENEMPATAN DAN PENYALURAN
Perencanaan
Mengidentifikasi kondisi individu
Menetapkan subyek/sasaran layanan penempatan
Menetapkan fasilitas layanan
Menyiapkan kelengkapan administrasi
2. Pelaksanaan
1. mengorganisasikan kegiatan layanan
penempatan dan penyaluran
2. mengisi materi layanan penempatan dan
penyaluran
3. Analisis Hasil Evaluasi

1. menetapkan norma / standar analisis
2. melakukan analisis
3. menafsirkan hasil analisis
4. Tindak Lanjut
Menetapkan jenis dan arah tindak lanjut
Mengkomunikasikan rencana tindak lanjut kepada pihak terkait
Melaksanakan rencana tindak lanjut
5. Laporan
Menyusun laporan layanan penempatan dan penyaluran
Menyampaikan laporan kepada pihak terkait
Mendokumentasikan laporan layanan penempatan dan penyaluran
The End

Petani malang atau beruntung?

Alkisah jaman dahulu kala ada seorang petani miskin yang hidup dengan seorang putera nya. Mereka hanya memiliki seekor kuda kurus yang sehari-hari membantu mereka menggarap ladang mereka yang tidak seberapa. Pada suatu hari, kuda pak tani satu2 nya tersebut menghilang, lari begitu saja dari kandang menuju hutan.

Orang-orang di kampung yang mendengar berita itu berkata: "Wahai Pak tani, sungguh malang nasibmu!".

Pak tani hanya menjawab, "Malang atau beruntung? Aku tidak tahu …"

Keesokan hari nya, ternyata kuda pak Tani kembali ke kandangnya, dengan membawa 100 kuda liar dari hutan. Segera ladang pak Tani yang tidak seberapa luas dipenuhi oleh 100 ekor kuda jantan yang gagah perkasa. Orang2 dari kampung berbondong datang dan segera mengerumuni "koleksi" kuda2 yang berharga mahal tersebut dengan kagum. Pedagang2 kuda segera menawar kuda2 tersebut dengan harga tinggi, untuk dijinakkan dan dijual. Pak Tani pun menerima uang dalam jumlah banyak, dan hanya menyisakan 1 kuda liar untuk berkebun membantu kuda tua nya.

Orang-orang di kampung yang melihat peristiwa itu berkata: "Wahai Pak tani, sungguh beruntung nasibmu!".

Pak tani hanya menjawab, "Malang atau beruntung? Aku tidak tahu …"

Keesokan hari nya, anak pak Tani pun dengan penuh semangat berusaha menjinakan kuda baru nya. Namun, ternyata kuda tersebut terlalu kuat, sehingga pemuda itu jatuh dan patah kaki nya.

Orang-orang di kampung yang melihat peristiwa itu berkata: "Wahai Pak tani, sungguh malang nasibmu!".

Pak tani hanya menjawab, "Malang atau beruntung? Aku tidak tahu …"

Pemuda itupun terbaring dengan kaki terbalut untuk menyembuhkan patah kaki nya. Perlu waktu lama hingga tulang nya yang patah akan baik kembali. Keesokan hari nya, datanglah Panglima Perang Raja ke desa itu. Dan memerintahkan seluruh pemuda untuk bergabung menjadi pasukan raja untuk bertempur melawan musuh di tempat yang jauh. Seluruh pemuda pun wajib bergabung, kecuali yang sakit dan cacat. Anak pak Tani pun tidak harus berperang karena dia cacat.

Orang-orang di kampung berurai air mata melepas putra-putranya bertempur, dan berkata: "Wahai Pak tani, sungguh beruntung nasibmu!".

Pak tani hanya menjawab, "Malang atau beruntung? Aku tidak tahu …"

Kisah di atas, mengungkapkan suatu sikap yang sering disebut: non-judgement. Sebagai manusia, kita memiliki keterbatasan untuk memahami rangkaian kejadian yang diskenariokan Sang Maha Sutradara. Apa2 yang kita sebut hari ini sebagai "kesialan", barangkali di masa depan baru ketahuan adalah jalan menuju "keberuntungan". Maka orang2 seperti Pak Tani di atas, berhenti untuk "menghakimi" kejadian dengan label2 "beruntung", "sial", dan sebagainya.

Karena, siapalah kita ini menghakimi kejadian yang kita sunguh tidak tahu bagaimana hasil akhirnya nanti. Seorang karyawan yang dipecat perusahaan nya, bisa jadi bukan suatu "kesialan", manakala ternyata status job-less nya telah memecut dan membuka jalan bagi diri nya untuk menjadi boss besar di perusahaan lain.

Maka berhentilah menghakimi apa –apa yang terjadi hari ini, kejadian–kejadian PHK, Paket Hengkang, Mutasi tugas dan apapun namanya yang selama ini kita sebut dengan "kesialan" , "musibah " dll, karena, sungguh kita tidak tahu apa yang terjadi kemudian dibalik peristiwa itu.

"Hadapi badai kehidupan sebesar apapun. Tuhan takkan lupa akan kemampuan kita. Kapal hebat diciptakan bukan untuk dilabuhkan di dermaga saja.".....

Peran Bimbingan dan Konseling di Institusi Pendidikan

Konselor Sekolah adalah merupakan bagian dari unsur pendidikan yang ada disekolah yang mempunyai peranan yang sangat penting dalam pembentukan kepribadian siswa. Mengapa Demikian? Tugas Konselor sekolah adalah sangat berbeda dengan guru mata pelajaran yang bekerjanya dapat dilihat dari jam masuk kelas dan memberi nilai. Sedangkan Konselor Sekolah tidak bisa dilihat seperti halnya guru mata pelajaran, karena tugas untuk membenahi dan membentuk kepribadian siswa sangatlah sulit karena kita selalu dihadapkan dengan penanganan melalui sisi yang berbeda.

Misalnya apabila ada siswa yang nakal terkadang guru mata pelajaran dapat memberikan sangsi dikeluarkan dari kelas tidak boleh ikut mata pelajaran atau diberi sangai nilai sehingga siswa akan mengalami ketakutan. Namun disisi lain pribadi siswa belum terbentuk karena belum adanya kesadaran untuk merubah tetapi hanya merupakan perasaan takut kepada guru tsb.

Tugas dari Konselor sekolah dapat dilihat dalam POLA 17 Bimbingan Konseling. Hanya banyaklah kendala untuk mewujudkan peran konselor sekolah yang ideal karena ada beberapa hambatan yaitu :



1.Guru Mata Pelajaran terkadang tidak mau memahami akan keberadaan Konselor Sekolah.

2.Banyak guru Pembimbing/Konselor sekolah yang bukan dari lulusan sarjana Bimbingan dan Konseling tetapi hanya merupakan sambilan saja atau alih fungsi.

3.Pemerintah khususnya Departemen Pendidikan Nasional kurang profesional dalam menangani masalah ini, sehingga mudah saja peran dan fungsi konselor sekolah dapat dilaksanakan oleh siapapun padahan konselor sekolah sangat butuh keahlian akademis.

4.Banyak dan hampir rata-rata di sekolah Konselor sekolah tidak mempunyai fasilitas yang memadai untuk bekerja secara ideal.

5.Dari hambatan semua itu sehingga Konselor Sekolah kurang dipandang penting oleh siswa bahkan sering dikatakan POLSI SEKOLAH.

Revitalisasi Konselor Sekolah Dalam Membentuk Kepribadian Siswa
Konselor Sekolah adalah merupakan bagian dari unsur pendidikan yang ada disekolah yang mempunyai peranan yang sangat penting dalam pembentukan kepribadian siswa. Mengapa Demikian? Tugas Konselor sekolah adalah sangat berbeda dengan guru mata pelajaran yang bekerjanya dapat dilihat dari jam masuk kelas dan memberi nilai. Sedangkan Konselor Sekolah tidak bisa dilihat seperti halnya guru mata pelajaran, karena tugas untuk membenahi dan membentuk kepribadian siswa sangatlah sulit karena kita selalu dihadapkan dengan penanganan melalui sisi yang berbeda. Misalnya apabila ada siswa yang nakal terkadang guru mata pelajaran dapat memberikan sangsi dikeluarkan dari kelas tidak boleh ikut mata pelajaran atau diberi sangai nilai sehingga siswa akan mengalami ketakutan. Namun disisi lain pribadi siswa belum terbentuk karena belum adanya kesadaran untuk merubah tetapi hanya merupakan perasaan takut kepada guru tsb.

Tugas dari Konselor sekolah dapat dilihat dalam POLA 17 Bimbingan Konseling. Hanya banyaklah kendala untuk mewujudkan peran konselor sekolah yang ideal karena ada beberapa hambatan yaitu :

1.Guru Mata Pelajaran terkadang tidak mau memahami akan keberadaan Konselor Sekolah.

2.Banyak guru Pembimbing/Konselor sekolah yang bukan dari lulusan sarjana Bimbingan dan Konseling tetapi hanya merupakan sambilan saja atau alih fungsi.

3.Pemerintah khususnya Departemen Pendidikan Nasional kurang profesional dalam menangani masalah ini, sehingga mudah saja peran dan fungsi konselor sekolah dapat dilaksanakan oleh siapapun padahan konselor sekolah sangat butuh keahlian akademis.

4.Banyak dan hampir rata-rata di sekolah Konselor sekolah tidak mempunyai fasilitas yang memadai untuk bekerja secara ideal.

5.Dari hambatan semua itu sehingga Konselor Sekolah kurang dipandang penting oleh siswa bahkan sering dikatakan POLSI SEKOLAH.


Salah satu elemen penting yang ada di lingkup sistem pendidikan sekolah adalah keberadaan layanan Bimbingan dan Konseling. Dalam SK MenDikBud No.025/D/1995 tercantum pengertian Bimbingan Konseling merupakan pelayanan bantuan untuk peserta didik secara perorangan maupun kelompok agar mandiri dan berkembang secara optimal dalam bimbingan pribadi, sosial, belajar dan bimbingan karir melalui berbagai layanan dan kegiatan pendukung berdasarkan norma-norma yang berlaku. Bimbingan dan Konseling merupakan pelayanan bantuan artinya kegiatan ini harus mampu memberikan hal-hal positif kepada peserta didik, membantu meringankan beban, menemukan alternatif pemecahan masalah, mendorong semangat dan memberikan penguatan serta ketenangan kepada peserta didik secara tepat. Peyanan tersebut dapat dilakukan secara individu maupun kelompok .

Kaitan Bimbingan dan Konseling (BK) dengan Kurikulum berbasis kompetensi sangatlah erat, Undang - Undang sistem Pendidikan Nasional (USPN) no:2 tahun 1989 pasal 1 ayat 1 sebagai acuan dari implementasi KBK menyatakan bahwa Pendidikan adalah usaha sadar untuk menyiapkan peserta didik melalui kegiatan bimbingan, pengajaran dan latihan bagi peran peserta didik dimasa yang akan datang. Hubungan yang terlihat dalam pengertian ini adalah kegiatan bimbingan merupakan bagian dari KBK yang pelayanannya menyentuh ranah afektif. Sementara kegiatan pengajaran yang bersifat formal lebih mengarah pada ranah kognitif untuk memperoleh pengetahuan. Disinilah peran Bimbingan dan Konseling , yaitu membantu peserta didik untuk mengembangkan potensi, tanggung jawab, hubungan interpersonal, motivasi, komitmen, daya juang serta pengembangan karir.

Profesi Bimbingan Konseling merupakan keahlian pelayanan yang bersifat psikopedagogis dalam bingkai budaya artinya bahwa pelayanan yang diberikan harus mengacu pada upaya pendidikan dengan memperhatikan aspek psikologis dan unsur budaya yang menyertainya. Tentu saja aspek budaya disesuaikan dengan kondisi daerah sekolah tersebut. Kebiasaan yang terjadi pada sekolah-sekolah di daerah tidak bisa dibuat pola yang sama dengan sekolah yang ada di kota. Misalnya dari sisi kebiasaan, sopan santun, kemampuan dsb. Profesi ini juga harus berlatarbelakang pendidikan yang sesuai dengan bidang psikologis. Tugas Konselor sangat banyak karena selain administrasi juga mencakup beberapa layanan antara lain :

1. Layanan orientasi
Layanan ini mencakup pengenalan lingkungan sekolah yang baru baik dari sisi kurikulum , kegiatan pendukung, maupun struktur organisasi sekolah. Langkah awal yang bisa dilakukan dengan memasukkannya pada program kegiatan MOS dan diperjelas pada saat bimbingan klasikal di kelas.

2. Layanan informasi
Layanan mencakup berbagai informasi untuk menambah wawasan dalam merencanakan masa depan.

3. Layanan penempatan
Layanan ini membantu siswa menyalurkan bakat, minat atau kelanjutan studi yang dipilih melalui hasil belajar serta hasil psikotes sebagai bahan pertimbangan.

4. Layanan pembelajaran
Layanan ini membantu siswa mengembangkan diri kerkaitan dengan sikap dan kebiasaan belajar, materi belajar yang cocok dengan kemampuannya serta berbagai aspek tujuan dan kegiatan belajar lainnya.

5. Layanan konseling individu/kelompok
Melalui layanan ini, siswa mendapat layanan langsung tatap muka untuk membantu mengatasi masalah baik yang disadari maupun tidak disadari oleh siswa secara individu atau kelompok. Layanan konseling dilakukan berdasarkan data administrasi bisa berupa angket, informasi dari berbagai pihak, observasi baik di dalam maupun di luar kelas, hasil belajar , penggalian masalah melalui materi bimbingan klasikal dll. Layanan konseling akan memberi nuansa berbeda jika ruang konseling terpisah dengan ruang administrasi sehingga privasi siswa maupun orang tua terjaga. Hal itu perlu mengingat masalah yang perlu diselesaikan bisa bersifat sangat pribadi.

6. Layanan bimbingan kelompok.
Layanan bimbingan kelompok bisa diberikan secara klasikal di kelas, layanan ini memberi banyak kesempatan untuk menyampaikan berbagai informasi yang terkait dengan bimbingan pribadi, sosial, belajar , karir dan layanan-layanan pada point di atas sekaligus menggali permasalahan siswa sebagai salah satu bentuk upaya menjemput bola. Karena Bimbingan dan Konseling tidak mempunyai kurikulum khusus maka materi yang dibuat berdasarkan berbagai sumber baik itu berupa literatur, browsing di internet, media elektronika maupun peristiwa hidup sehari-hari. Selain dapat memberi informasi, layanan ini juga mpermudah observasi terhadap anak dalam berperilaku di kelas, juga menggali berbagai data yang diperlukan untuk menyempurnakan pelayanan, sehingga jam masuk kelas setiap minggunya sangat mendukung tugas konselor.
Bentuk tugas yang sifatnya administrasi juga tidak kalah seru dari mulai membuat program kerja, mengumpulkan data, menghimpun data, mengadakan konfrensi kasus dengan pihak-pihak yang terkait, dan jika diperlukan mengadakan kunjungan rumah serta alih tangan kasus pada ahli yang lebih perkompeten.Namun paradigma yang berkembang saat ini terhadap peran petugas Bimbingan Konseling yang disebut Konselor sekolah masih dianggap sebagai momok oleh kebanyakan siswa, karena citra dan peran Konselor sekolah itu sendiri menampakkan sebutan tersebut. Konselor hanya berperan sebagai pemberi sangsi, menunggu bola dengan duduk anis menanti siswa yang ingin mendapatkan layanan konseling dan baru mengambil tindakan ketika masalah muncul. Sebaiknya konselor sekolah tidak menjadi bagian dari ketertiban sekolah. Jangan sampai muncul ebutan Konselor sebagai polisi sekolah. Sebutan tersebut juga terkait dengan keterlibatan Konselor dalam bidang ketertiban, hal itu terjadi karena pelanggaran yang dilakukan siswa akan mendapat sangsi yang mungkin sifatnya fisik, sementara konselor menangani masalah yang sifatnya psikis. Kesulitan untuk membedakan peran ini yang mempertegas sebutan tersebut. Kalaupun Konselor harus bertindak secara tegas untuk menangani pelanggaran yang dilakukan siswa maka hendaknya menggunakan pendekatan yang membuat siswa tetap merasa diakui sebagai pribadi yang berharga, dengan demikian siswa akan dengan rela menjalani resiko dari pelanggaran yang dibuat tanpa merasa terpaksa. Di samping itu masih ada institusi pendidikan yang mengangkat Konselor dari latarbelakang non psikologi sehingga tidak menutup kemungkinan tugas Konselor menjadi kabur.

Pelayanan dan tugas dalam Bimbingan dan Konseling membutuhkan tenaga yang ekstra karena jenis tugas yang diemban bersifat psikis. Pola pendekatan yang tepat sangat mendukung pelaksanaan tugas-tugas tersebut. Di sekolah menengah peran yang diberikan adalah sebagai Guru, Orang tua dan Teman. Peran tersebut harus diberikan pada waktu yang sesuai misalnya ketika konseli ( siswa yang mendapat layanan konseling ) susah untuk digali permasalahannya maka konselor harus datang sebagai seorang teman/sahabat. Hal itu perlu karena sesuai dengan tugas perkembangan siswa yang mendapat layanan konseling di sekolah menengah telah memasuki masa remaja. Memang peran ini oleh sebagian rekan guru dianggap sebagai bentuk menjatuhkan wibawa karena siswa menjadi akrab dan norma-norma kesantunan sedikit bergeser padahal jika situasi itu terjadi peran sebagai Guru dimunculkan untuk mempertegas garis hubungan. Peran sebagai orang tua diperlukan saat konseli mampu mengungkapkan masalah, didengar, dibantu dan diteguhkan. Oleh karena itu peran sebagai guru, orang tua dan sahabat akan menjadi kunci penting mengadakan pendekatan dengan siswa.

Konselor memerlukan kepekaan dalam melakukan peran dan tugasnya, ibaratnya semua fungsi indera kita dapat digunakan untuk menangkap permasalahan yang dihadapi siswa. Misalnya dengan sekedar mendengarkan rekan guru bercerita tentang seorang siswa pada saat mengikuti PBM maka sudah bisa menjadi data yang bisa ditindaklanjuti dengan melengkapi data-data dari sumber lain. Penanganan masalah siswa tidak lepas dari kerja sama berbagai pihak antara lain wali kelas, orang tua dan pimpinan sekolah. Wali kelas merupakan relasi yang sangat erat karena mereka yang pertama kali dilibatkan dalam menangani masalah siswa di kelasnya. Segala permasalahan didiskusikan bersama dan dicari pemecahannya. Orang tua dipanggil ke sekolah setelah permasalahan dicoba selesaikan oleh siswa sendiri dibantu Konselor, kecuali jika kasus mendesak yang harus segera diselesaikan bersama orang tua. Peran pimpinan sekolah sebagai pendukung semua program akan sangat membantu terlaksanannya semua layanan, karena kebijakan yang diambil tidak lepas dari persetujuan impinan sekolah, begitu juga dengan pengadaan fasilitas Bimbingan dan Konseling.Bentuk pertanggungjawaban tugas konselor sekolah kepada pimpinan sekolah dengan membuat laporan tertulis mengenai kegiatan yang dilakukan dalam satu bulan meliputi kegiatan harian, layanan konseling, bimbingan klasikal di kelas dan absensi siswa.

Sistem KTSP yang mengharuskan ada aspek pengembangan diri juga menjadi bagian utama konselor. Pengembangan diri mencakup penerapan nilai yang diukur dengan skala tertentu. Hal itu penting mengingat tujuan pendidikan bukan hanya mencetak lulusan dengan nilai akademis tinggi tetapi juga mencetak lulusan dengan kondisi emosi sosial yang baik. Pengembangan diri menuntut aplikasi penerapan nilai yang dipantau oleh semua guru bidang studi dan dikelola oleh konselor sekolah. Pemantauan tersebut berdasarkan nilai-nilai hidup yang dilakukan saat siswa berada di sekolah, juga disisipkan dalam setiap kegiatan belajar mengajar.
Pada akhirnya, tidak ada bagian yang lebih penting dibanding bagian yang lain karena masing-masing bagian dalam sistem pendidikan di sekolah mempunyai peran dan fungsi sendiri-sendiri yang bersinergi dan saling melengkapi untuk membantu siswa mencapai kedewasaan yang optimal dalam berbagai aspek.Untuk itu, Konselor harus selalu mau belajar baik dari sisi mental spiritual maupun dari sisi tehnologi yang semakin canggih.



http://qodrat.wordpress.com/2007/10/03/revitalisasi-konselor-sekolah-dalam-membentuk-kepribadian-siswa/

http://www.sanmarosu.dyndns.org/smp07/index.php?option=com_content&task=view&id=48&Itemid=1


Sumber : http://blogs.teguh.web.id/search/kuliah